Rabu, 18 Februari 2015

Cerita Pendek - ROMANCE

My Favorite Namja

By: Jessica Tiara Sitompul



foto gambar


Untuk semua siswa/i baru yang akan mengikuti Ospek hari pertama segera berkumpul dihalaman sekolah untuk memulai Ospek” ucap salah seorang siswa disekolah tersebut.

Yap dari kata-kata tadi dapat kita pahami bahwa seorang yang berbicara tadi adalah seorang senior sekolah tersebut yang mana untuk tahun ini adalah tahun ajaran baru untuk para siswa/i yang akan masuk ke sekolah menengah.

Pagi ini dibuka oleh sekolah Perguruan Sultan Agung di P. Siantar yang akan melakukan Ospek bagi anak anak baru yang akan bersekolah disekolah itu. Sultan Agung termasuk sekolah yang namanya tidak diragukan lagi dan tidak asing lagi ditelinga orang. Untuk tahun ini sekolah itu menerima kurang lebih 500 siswa/i.

          “oke untuk semua siswa/i baru tahun ini perkenalkan nama gue Kevin Andrea, gue anak kelas XI IPA-1. Jabatan gue disini sebagai ketua 1 Ospek tahun ini, dan gue persilahkan untuk anggota-anggota lain untuk memperkenalkan diri”
          “hai guys nama gue Reza Christian, jabatan gue disini sebagai ketua
2, semoga kalian senang ya sekolah disini senang bertemu kalian semua. Ingat kalian sekarang sudah menjadi siswa/i bukan murid-murid lagi”
          “hmm nama gue Rafael Handy, jabatan gue disini sebagai wakil ketua untuk Ospek kalian. Mohon partisipasinya ya”
          “hello,, nama gue Clara Tifanny Henyta, jabatan gue disini sebagai sekretaris Ospek kalian. Gue harap loe semua sungguh-sungguh buat Ospek”

Begitulah selanjutnya perkenalan mereka kepada semua siswa/i yang akan mengikuti Ospek. Setelah perkenalan selesai acara selanjutnya adalah untuk memperkenalkan halaman sekolah pada mereka semua, apa-apa saja fasilitas sekolah dll. Setelah selesai perkenalan sekolah mereka kembali lagi untuk dibariskan karena masa ospek mereka pada hari pertaman telah selesai.

          “oke untuk semuanya yang akan mengikuti ospek diharapkan untuk hadir di lapangan. Segera!” ucap ketua 1
Dengan sigapnya semua siswa/i segera berbaris dilapangan sambil berlari-lari. Mereka mungkin takut dapat hukuman dari seniornya, apalagi mereka masih baru disekolah itu.
          “oke adik-adik, thanks atas partisipasi kalian hari ini, untuk besok kita akan ospek lagi jadi diharapkan untuk semuanya agar datang dengan waktu yang sudah ditetapkan dan apa saja yang sudah diumunkan tadi harap untuk dibawa. Kiranya sekian dari kakak, apakah ada yang ingin menambahkan mungkin dari ketua 2 ataw wakil?”
          “enggak usah vin, loe lanjutin aja. Loe pulangin aja mereka”  bisik Rafael
          “oke sebelum kita pulang ada baiknya kita berdoa dulu menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing doa dimulai. Amin. Oke adik-adik selamat sore”
          “sore kak(sahutan seluruh siswa/i)”

**skip**
          Hari kedua (SEKOLAH)
Waktu 07:00

          Hari kedua ospek pun tiba dimana semua siswa/i telah hadir disekolah sepertinya mereka sangat antusias dengan ospek kali ini. Mereka sangat disiplin tapi tidak untuk cewek yang satu ini...

          “aduh pak, cepetan dong pak saya udah terlambat ini. ntar kakak ospeknya marah” ucapku pada supirku.
Yap memang bisa ditebak kebiasaan ku bangun lama sekarang terulang lagi, pagi ini aku terlambat bangun sudah dapat kutebak kalau aku pasti akan terlambat untuk mengikuti ospek. Pasti aku kenak hukum.

SEKOLAH
          “pagi adik-adik”
          “pagi kak”
          “gimana kabar kalian masih baikkan? Ospek hari ini adalah temanya mental dan moral. Jadi diharapkan kalian semua sudah menyiapkan diri sebelumnya. Dan.........”
          “hhh,, permisi kak, permisi saya terlambat” ucapku dengan nafas yang terengah-engah.

Oh ya nama gue Jeanifer Shania, Gue sering dipanggil Chaca. Gue  adalah anak baru disekolah Sultan Agung. Gue adalah anak yang pemberani dan gue gak takut sama yang namanya tantangan. Tapi kalau sama yang namanya Cecak dan Katak gue takut. Takut banget malahan. Hahhaha :D
         
“siapa kamu?” tanya kak Kevin ketua 1.
          “maaf kak saya terlambat, maaf banget kak saya janji gak akan ngulangin hal bodoh ini lagi, maaf sekali lagi kak. “ucap Chaca gemetar dan nafas yang terengah-engah.
          “heh loe! Loe masih ospek gini aja udah gak disiplin, gimana lagi kalau loe udah jadi siswa sini jangan-jangan loe sering bolos lagi” ucap Fany sekretaris ospek mereka.
          “maaf kak, saya janji gak akan terlambat lagi. Bener kak, bener”
          “udah mending loe sekarang ikut gue, gue mau kasih hukuman sama loe”
          “hah? Hmm iya kak”

Dihari pertama sekolah udah kenak hukuman, bodoh Chaca bodoh. Ucap Chaca dalam hatinya. Tapi saat mereka hendak pergi Kevin memanggil Chaca untuk tetap berada di dalam barisan dan mengikuti Ospek hari itu.

          “Hei kamu,,”
          “(menoleh kebelakang). Saya kak?”
          “iya kamu. Kamu balik sini kedalam barisan untuk megikuti Ospek hari ini. Fany gak usah melebih-lebihkan sesuatu yang gak penting, lagian dia kan baru pertama kali telatnya, dan dia juga kan udah minta maaf sekaligus berjanji untuk enggak telat lagi kita terima aja dulu, nanti kalau dia terlambat lagi baru bisa kita hukum dia”
          “tapi vin,,,,”
          “udah! Kamu baris yang rapi kita akan mulai Ospek”


Ospek hari itupun dimulai tanpa ada masalah yang menganggu, semuanya patuh kepada senior-seniornya.
Ospek hari itu pun selesai, selagi menunggu untuk pulang kerumah semua murid diperbolehkan untuk kekantin membeli makanan dan mengisi perut meraka, tampaknya semua siswa/i sudah memiliki teman dihari kedua ospek mereka, begitu juga dengan Chaca dia sudah memiliki banyak teman dihari kedua itu. Saat Chaca dan teman temannya sedang menikmati makanan dan minuman mereka, mata Chaca tertuju pada suatu meja dikantin, di meja itu duduk seorang laki-laki. Yap dia adalah Senior mereka Kevin.

          “eh cha loe kok bisa telat sih tadi. Ada ada aja deh loe apa gak takut loe tadi kenak hukum sama senior?” tanya Mimi teman baru Chaca.
          “terlambat bangun tadi gue, masih terbiasa sama keadaan libur kemarin-kemarin. Ya takut lah gue tadi kenak hukum, untung ada kakak itu yang belain gue ya gak jadi kenak hukum deh gue. Hahah”
          “ckckck Chaca chaca.”
          “eh guys gue kesana dulu ya(sambil nunjuk)”
          “mau apa loe kesana cha?”
          “udah bentar aja kok, ok”

          “Hai kak,,”
          “oh hai..”
          “tentang yang tadi makasih ya kak udah tolongin chaca”
          “hh, iya lagian dia itu udah terlalu melebih lebihkan suasana. Oh iya lain kali jangan terlambat lagi. Ok”
          “hehe iya kak iya. Hmm nama kakak siapa?”
          “loh (?) kok nanya lagi kan kemarin hari pertama ospek udah perkenalan”
          “iya tapi kurang jelas.”
          “nama kakak....

Saat Kevin hendak memperkenalkan namanya tiba tiba datang seorang teman kevin yang mengajaknya untuk pulang. Tapi saat dia berdiri disana dia melihat ada Chaca disana. Yap memang sejak awal Chaca ada disekolah itu Reza memang sudah melirik shania, bisa dibilang cinta pada pandangan pertama gitu.

          “eh vin,, pulang yuk”
          “pulang. Ok tunggu biar gue bayar dulu”
          “ok”
          “hai,, loe anak yang telat tadikan?” tanya reza.
          “hh iya kak,”
          “lain kali jangan terlambat lagi, emang gak malu apa dilihatin sama banyak anak gitu?”
          “malu sih kak, tapi ya mau digimanakan lagi. Heheh”
          “ok.ok. siapa nama kamu?”
          “oh. Nama saya Jeanifer Shania kak”
          “hmm nama yang bagus untuk orang yang cantik”
          “hah kakak bisa aja”
          “gombal aja loe za. Yuk pulang yuk. Oh iya siapa nama kamu,,,”
          “Jeanifer Shania kak, panggil Chaca aja.”
          “ya cha, kita pulang dulu ya. Have fun”
          “ok kak. Bye :D”
         
Beberapa Bulan kemudian....

Chaca resmi menjadi siswi di sekolah itu, dan tampaknya dia menikmati bersekolah disekolah itu. Beberepa prestasi di raihnya, membuatnya semakin Berjaya dan menjadikannya anak yang terkenal. Belum lagi ditambah dengan adanya kakak kelas yang di sukainya sejak awal ospek, membuatnya semakin semangat untuk bersekolah. Hari demi hari pun berlanjut, kesenangan dan keceriaan terus menerus menyelimuti Chaca, tapi tidak untuk hari itu…
Keceriaan dan kebahagiaan yang tiap harinya mendatanginya sekarang berubah jadi ketakutan yang menyeramkan. Chaca tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dia bingung kenapa belakangan ini dia diteror oleh seorang yang sama sekali iya tidak tahu bahkan tidak kenal. Chaca bertanya dalam hatinya apa sebenarnya salahnya sehingga ada yang tega hingga menerornya, bahkan meneror bukan hanya malam hari saja, mulai pagi sampai malam iya bisa mendapat terror sampai 3 atau 4 kali.
Hingga suatu hari saat pagi tiba chaca bangun dari tidurnya, wajahnya yang cantik jelita tiba tiba berubah menjadi sangat ketakutan saat melihat ada boneka berdarah disampingnya sedang menatap tersenyum sinis padanya, dan wajah yang ketakutan itu dibarengi dengan jeritannya yang keras membangunkan seisi rumah. Jelas suara itu langsung membangunkan seisi rumah, semua pembantu dan satpam pun ikut melihat keatas untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

“aaaaaa,,,,,,” teriak Chaca
“mama, mama, papa….”
“sayang, ya ampun kamu kenapa sayang kok jeritnya keras banget. Kenapa, kenapa sayang?” tanya mama.
“mama chaca takut ma, pa chaca takut”
“kamu takut apa dear?” tanya papa
“chaca gak salah pa, ma chaca gak salah. Chaca nggak pernah ngelakuin yang aneh-aneh disekolah, chaca jujur pa, ma.”
“iya, iya sayang mama tau, emangnya ada apa, ada yang jahatin kamu?”
“mama, chaca takut, waktu chaca bangun tidur tadi chaca liat ada boneka diatas tempat tidur chaca ma, chaca takut.”
“ya ampun sayang masa sama boneka aja takut, kamu kan suka boneka?”
“tapi ma, pa,,,,” saat chaca hendak mengatakannya tiba-tiba bibi dan satpan datang untuk mengetahui ada kejadian apa.
“non, non ada apa? Ada apa non?” tanya bibi penasaran
“itu,, itu ada boneka diatas tempat tidur chaca. Boneka berdarah yang natap sinis kechaca, dan bertuliskan ‘chaca, kamu harus berhati-hati’”

Pengakuan chaca sangat mengejutkan semua orang yang ada disana, termasuk kedua orang tuanya. Mereka sangat heran kenapa ada terror mengerikan itu pada anaknya.
Kira-kira perbuatan siapakan itu?

***

Terror ynang selalu mendatangi chaca membuatnya frustasi, dan membuatnya menjadi tidak ceria seperti dulu lagi. Setiap orang yang bertanya ia hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Terror sial itu membuat Chaca sudah seperti orang gila, dia masih tidak tau siapa yang tega melakukan itu padanya.
Hingga suatu saat pulang sekolah, teman-temannya mengajaknya untuk pulang bersama, tapi dia menolaknya. Dia bilang dia akan pulang sendiri, teman-temannya pun meng-iayakannya. Tapi saat itu Chaca bukanlah pulang kerumah, iya naik kembali keatas saat sudah tidak ada lagi orang disekolah.
Ada yang tidak beres dengan Chaca hari itu, pikirannya terlihat kosong dan mukanya pucat, kakinya untuk berjalan pun seperti orang yang ingin jatuh. Chaca pun tiba dilantai 3 disekolahnya.
Apa sebenarnya yang ingin dilakukan Chaca dilantai setinggi itu?
Ya benar saja pikiran Chaca yang kosong karena terror sial itu membuatnya ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Tapi Chaca tidak menyadari sesuatu, iya berpikir bahwa sudah tidak ada lagi orang disekolah itu, tapi iya salah. Masih ada satu orang lagi yang belum pulang, yaitu kak Kevin sang ketua OSIS. Memang tugasnya sebagai ketua OSIS sangat berat mengharuskannya pulang terlambat karena pekerjaannya. Saat Kevin hendak turun kebawah iya, tidak sengaja melihat kasamping kirinya dan melihat ada sepasang sepatu tepat diujung gedung lantai 3. Kevin berjalan perlahan untuk memastikan itu sepatu milik siapa.
Begitu terkejutnya Kevin saat melihat ada cewek yang berdiri tepat diatas ujung gedung, secara perlahan Kevin berjalan mendekati cewek itu, iya takut kalau iya bersuara dia akan langsung melompat, kalau itu berjadi pastinya urusan akan semakin panjang. Dengan cepat Kevin memegang tangannya dan menjatuhkan cewek itu kepelukannya. Betapa terkejutnya Kevin melihat siapa cewek yang sekarang berada dipelukannya itu.

“Chaca?”
“lepas!, lepasin Chaca, lepasin! Chaca enggak mau hidup lagi, Chaca mau mati aja. Enggak ada gunanya lagi Chaca hidup, Chaca capek diteror terus. Mungkin dengan mati dia akan bahagia.” ucap Chaca sambil menangis.

Kevin sangat terkejut melihat chaca saat itu, apa maksud dari perkataannya?
Kevin pun membawa Chaca turun kelantai dasar untuk menyadarkannya. Tetapi ada yang aneh dengan Kevin saat itu, tiba-tiba saja iya merasakan hal yang aneh, saat membuat Chaca dipelukannya tubuhnya bergetar tak karuan, keringat yang bercucuran dan wajah yang memerah. Jelas saja Kevin belum pernah sama sekali begitu dekat dengan seorang cewek, Chaca lah yang pertama.
Kevin membawa Chaca ketaman sekolah, dimana Chaca masih dalam keadaan tidak sadar. Didepan sekolah melihat ada yang menjual minuman Kevin pergi dan membeli aqua untuk dirinya dan Chaca.
Saat Kevin datang Chaca sudah sadar, betapa leganya ia melihat Chaca sadar, ia juga bingung kenapa ia begitu khawatir akan keadaan Chaca. Chaca pun membuka pembicaraan.

“kenapa kakak tolong Chaca?”
  “ha/?”
“iya kenapa kakak enggak biarin Chaca mati aja, kenapa? Kenapa malah ditolong, Chaca nggak mau hidup lagi kak, Chaca capek, capek.”
“kata-kata yang sama yang kudengar dua kali dari mulut Chaca.(ucapnya dalam hati).”
“kak jawab!”
“ha,, iya iya. Ya jelaslah kamu kakak tolong, masa iya kamu kakak biarin jatuh kebawah didepan mata kakak sendiri. Lagian kamu itu kalau jatuh dari lantai tiga, enggak langsung meninggal tau, malahan kamu malah tersakiti sendiri.”
“ha/? Maksud kakak?”
“enggak, enggak becanda kok, becanda. Kenapa emangnya kok kamu mau bunuh diri, ada masalah apa? Masalah keluarga, teman, atau pacar mungkin?”

Kata terakhir yang diucapkan Kevin membuat Chaca terdiam dan menatapnya.

“oh dan itu kamu sudah dua kali mengucapkan kata-kata yang sama, kamu bilang kamu capek, kamu nggak mau hidup lagi, dan kamu diteror?” kata terror diucapkannya dengan terbatah dan penasaran.
“Chaca capek kak, Chaca enggak tau apa yang sebenarnya terjadi, Chaca nggak ngerti apa salah Chaca, padahal Chaca nggak pernah buat onar, dan disekolah ini Chaca nggak pernah bantah siapa-siapa.”
“lalu…” tanya Kevin dengan wajah penuh rasa penasaran.
“iya, Chaca diteror setiap hari, dari pagi hingga malam hari sepertinya terror itu sudah direncanakan dari jauh-jauh hari, karena dalam sehari Chaca bisa mendapat terror hingga 3-4 kali kak.”
“ha? 3-4 kali? Ya ampun siapa yang tega?”
“Chaca juga nggak tau kak.”

Chaca meluapkan semua uneg-unegnya siang itu, tanpa iya sadari iya telah membongkar privasi dirinya sendiri. Tapi Kevin mengerti akan itu, memang tidak enak rasanya bila diteror.
Tapi Kevin terhenti sejenak, iya seperti sedang mengingat sesuatu, sesuatu yang tidak asing ditelinganya.
Yap dia mengingat pagi tadi dikelasnya, Fanny dan teman-temannya membicarakan tentang sesuatu yang penting ‘sepertinya’. Sekilas tidak sengaja didengarnya nama Jeanifer Shania yang tidak lain adalah Chaca yang ada dihapannya sekarang, kata terror juga turut mereka ucapkan, terutama Fanny sebagai ketua geng sangat senang membicarakannya.
Kevin curiga apakah kejadian yang menimpa Chaca ini ada hubungannya dengan Fanny dan teman-temannya? Kalau iya, apa yang sudah dilakukan Chaca terhadap mereka?
Setelah menceritakan semuanya, Chaca diantar pulang Kevin kerumahnya. Perasaan bahagia pun mengikuti Chaca sore itu, rasa cemas dan takutnya sudah mulai hilang karena ada Kevin disampingnya, dan yang lebih membuatnya bahagia adalah Kevin berjanji akan membantu Chaca menyelesaikan masalahnya.
Chaca berpikir itu akan membuatnya lebih dekat lagi dengan Kevin, dan pastinya dia memiliki contact hp dan bbm Kevin mulai saat itu, jelas saja contact itu untuk komunikasi Kevin dan Chaca. Chaca sampai dirumahnya dengan selamat tanpa kurang satu apapun, Chaca mengucapkan salam perpisahan sore itu, dan tentunya untuk bertemu esok harinya lagi. Wajah Chaca yg memerah membuat satpam rumahnya heran penuh tanda tanya, belum lagi melihat ada laki-laki yang mengantarkannya pulang. Padahal selama ini Chaca belum pernah sama sekali diantar oleh seorang laki-laki, dan wajah Chaca yang biasanya mendung akhir-akhir ini menjadi bersinar kembali.
“selamat sore bapak satpam yang ganteng..” sapa Chaca ramah.
“ha/? Iya non, iya, selamat sore juga” jawab satpamnya bingung.
“Chaca masuk dulu ya pak, kerja yang baik biar gajinya nambah, hahaha”
“oke non”

***

“ya ampun sayang kamu dari mana aja sih kok jam segini baru pulang, kamu buat mama khawatir tau, hp kamu ditelepon juga nggak aktif. Apa kamu diteror lagi ya sayang, atau mereka sudah hakimi kamu tadi. Ha? Ha? Iya sayang?” tanya mama khawatir
“ya ampun ma, Chaca baik-baik aja kok, apa mama nggak bisa lihat aku nggak apa-apa?”
“hhh, syukurlah kalau kamu enggak apa-apa sayang. Tapi ada apa dengan wajah itu, wajah tomat yang mama lihat sore ini. Ada apa cha?”
“tomat? Ih mama jahat, masa wajah chaca yang imut-imut ini dibilang kayak tomat?”
“hahah enggak kok sayang. Lega banget rasanya dengar kalau kamu enggak apa-apa. Ya udah kamu mandi sana keburu malam.”
“iya mama cantikkkk”

Malam pun tiba, seperti biasa chaca mendapat terror lagi, tapi untuk kali ini dia tidak takut lagi, karena Kevin bilang padanya tidak ada yag perlu ia takutkan selain Yang Maha Kuasa.
Terror kali ini iya menemukan kucing mati dikamar mandinya, tanpa gentar chaca membuang kucing itu begitu saja, tidak peduli apapun artinya itu.
***
Setelah melewati malam yang panjang chaca kembali bersekolah lagi, kali ini ia bersekolah dengan ceria dan dengan senyumannya, seakan-akan kemarin tidak terjadi sesuatu yang buruk menimpanya. Ia mengingat kembali kata-kata Kevin bahwa ia tidak perlu takut, ia harus selalu membuat wajah yang ceria seperti biasanya lagi, seakan akan iya tidak diteror.
Dari kejauhan fanny melihat chaca dengan wajah sinis dan tidak senang, ia bingung kenapa chaca masih bisa tersenyum bahagia lagi. Fanny ingin turun kebawah memastikan sesuatu, tapi langkahnya terhenti saat melihat tangannya di pegang seseorang. Fanny terkejut melihat siapa yang memegang tangannya, Kevin, ya itu Kevin.

“mau kemana fan?”
“hah? Enggak vin, nggak kemana mana kok” jawab fanny dengan senyuman.

Dari awal chaca masuk kesekolah itu memang ada yang aneh dengan tingkah fanny, seakan-akan chaca dijadikannya saingan. Kevin mengajak fanny ke kantin untuk menanyainya lebih lanjut lagi tentang masalah yang dialami chaca. Kebingungan sempat terlintas dipikiran Kevin mengapa iya begitu ingin membantu chaca menghadapi masalahnya.

“mau pesan apa fan?” tanya Kevin ramah
“mie goreng aja vin, minumnya nutrisari dingin.”
“oke.”

Kevin pun memesan makanan minuman mereka, Kevin belum mau membuka pertanyaannya, saat makanan mereka datang nanti baru ia akan menanyai hal ini lebih lanjut lagi. Setelah 5 menit menunggu makanan pun terhidang diatas meja, siap untuk disantap.
Kevin membuka pembicaraan.

“fan, loe tau kan masalah si chaca anak kelas X itu?”
Pertanyaan pembuka Kevin itu membuat fanny tersedak.
“chaca? Emang dia kenapa vin?” tanya fanny seakan-akan tidak tahu-menahu.
“ah masa kamu enggak tau, padahal seisi sekolah udah tau loh masalahnya, kamu sebagai sekretatis OSIS dan kakak famous disekolah masa enggak tau trending topic hangat?” Sebenarnya masalah chaca itu tidaklah semua murid mengetahuinya, iya melebih-lebihkannya agar fanny  mau mengatakan sesuatu.

“vin ada yang mau aku katakan sama kamu.”
“ya apa fan?”
“gue suka sama loe sejak awal pertemuan kita,” ucap fanny menghentikan Kevin makan.

 Fanny sudah menyukai Kevin sejak awal mereka masuk sekolah dan ditambah mereka menjadi ketua dan sekretaris OSIS tahun ini, membuat fanny merasa dia akan menjadi lebih dekat dengan Kevin. Tapi kejadian waktu itu benar-benar membuat fanny marah dan kecewa. Kenapa Kevin harus membela chaca saat ia hendak menghukumnya, fanny berpikir Kevin menyukai chaca sejak pandangan pertama, hal itu yang membuat fanny melakukan hal memalukan itu dengan meneror chaca. Ia hanya  ingin Kevin!
Fanny pun mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada kevin yang membuatnya semakin manjauhkan makanannya dari hadapannya. Pengakuan yang tidak seharusnya ia dengarkan siang itu, semuanya telah terbongkar dan terdengar langsung dari mulut fanny. Pengakuan fanny membuat kevin segera meninggalkannya dikantin tanpa kata, ia langsung pergi dan berlari tak tentu arah, ia bingung mau mencari chaca kemana, tak sempat ditanyanya semalam chaca dikelas mana. Ia bertemu dengan Mimi salah seorang teman chaca dan bertanya dimana chaca sekarang. Mimi mengatakan chaca ada ditaman sekolah sekarang.
Setiap istirahat memang chaca selalu ketaman, karena taman itu membuatnya nyaman dan menjadikan taman tempat favoritnya. Kevin berlari cepat menuju taman untuk menemui chaca. Sampainya di taman dengan nafas terengah-engah iya langsung duduk disamping chaca, jelas membuat chaca kaget.

***

Jauh hari setelah terror itu hilang dan membuatnya tenang kembali. Dan juga ia sudah mendengar banyak perkataan dari mulut kevin. Tapi ada satu hal yang tidak chaca tau, orang yang membuat terror itu hilangi ialah kevin, kevin lah yang telah membantunya selama ini. Memang kevin sengaja tidak untuk mengatakan kepada chaca, karena ia kevin ingin chaca tidak memikirkan masalah ini lagi.
Kevin dengan baiknya menasehati fanny untuk tidak mengulangi hal bodohnya itu, meneror orang adalah hal yang tidak disukai Tuhan. Dan tentang cintanya pada kevin, kevin mengerti itu semua, tapi dengan mengatakan secara halus kevin tidak bisa menerimanya, karena dia tidak mau memaksakan diri untuk fanny. Ia tau bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai. Kevin hanya menganggap fanny teman, dan partner kerja di OSIS. Ia juga mohon pada fanny agar tidak menggangu chaca lagi, karena ia ingin melihat chaca ceria kembali. Fanny mengerti maksud dari perkataan kevin, bukan itu sebenarnya yang ingin dikatakannya melainkan ‘karena chaca adalah wanita yang aku sayang’. Fanny menanggapi kevin denga dewasa, ia akan meminta maaf pada chaca hari itu juga setelah pulang sekolah.
Kevin ikut serta menemani fanny untuk bertemu chaca, ia ingin memastikan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.
Bel sekolah pun berbunyi, menandakan jam pelajaran sekolah hari itu selesai, semua siswa/siswi keluar dari kelas dan pulang, mungkin bukan kerumah ‘langsung’??
Terlihat di gerbang pintu sekolah chaca dan teman-temannya berdiri menunggu jemputan mereka, seseorang datang dan menghampiri chaca.
“cha ikut gue yok, ada yang mau ketemu sama loe,” ajak sarah teman fanny.
“iya kak. Iya,”

Mereka diajak keruang rapat, untuk bertemu kevin dan fanny. Hari itu memang OSIS melakukan rapat penting untuk persiapan pentas seni kelulusan mereka. Chaca bingung sebenarnya ada apa, hingga ia di bawa ketempat itu. Chaca juga tidak mau ambil risiko, ia turut membawa kedua temannya.
Ia melihat ada fanny dan teman-temannya, dan juga……Kevin!

“hai cha” sapa kevin ramah.
“hai kak, ada apa ya kak, kok chaca diajak kemari?” chaca sambil mengampiri kevin dan takut melihat fanny. Jelas saja kejadian terror itu membuatnya trauma.
“ada yang mau dibilang fanny sama kamu, kamu nggak usah takut cha”
“hei,, chaca” sapa fanny sambil menjulurkan tangannya. Chaca masih juga takut dengan fanny, apalagi sekarang fanny menjulurkan tangannya kehadapannya, pikiran chaca yang polos membuatnya berpikir tangannya fanny ada jampi-jampinya jadi ia tidak menyambut balasan tangan fanny iya hanya membalas sapaan fanny dengan kata yang sama dan senyuman.
“hh, maaf ya cha kejadian itu buat kamu jadi trauma gini, kakak enggak tau kalau akan jadi separah ini, enggak masalah kok kamu enggak balas salam kak. Tapi dari hati yang paling dalam dan rasa menyesal kakak minta maaf sama kamu hari ini saat ini juga. Kakak juga enggak malu untuk berlutut dihadapan kamu,”

Chaca tidak tega melihat fanny berkata seperti itu, baginya fanny menyesali perbuatannya dan meminta maaf secara baik, itu sudah cukup untuknya. Ia sudah memaafkan fanny sejak kevin menceritakan semuanya.
          Tidak ada terror tidak ada benci, tidak ada saling saing. Semuanya berjalan natural kembali, chaca pun hidup tenang seperti biasanya. Tapi ada satu yang belum ia selesaikan, yaitu perasaanya dengan kevin. Ia tambah menyukai kevin dengan melihat perlakuan dan pertolongan yang tulus dari kevin untuknya. Dengan tidak ada rasa gentar chaca mengajak kevin sepulang sekolah untuk bertemu ditempat, dimana dulu ia ingin mengakhiri hidupnya.
Tentu kevin meng-iyakan permintaan chaca, kebetulan tidak ada rapat hari itu. Dan kebetulan ada yang ingin kevin katakan pada chaca.

***

Mereka duduk diatas gedung berdua, menatap kelangit yang cerah hari itu, sepertinya tersenyum melihat mereka berdua yang bahagia hari itu. Chaca dan kevin resmi menjadi pasangan hari itu.

**Sebelumnya**
“hai cha” sapaan kevin seperti biasanya.
“oh. Hai kak vin”
“hmm, kamu mau bilang apa? Kebetulan kakak ada juga yang ingin kakak bicarakan sam……” chaca menutup mulut kevin dengan ibu jarinya.
“chaca enggak mau, chaca yang ajak kakak kemari jadi chaca akan bilang duluan.”
“hah/? Oke oke”
“ini mungkin kedengaran bodoh dan gila, atau juga terlalu dini dan kekanak-kanakan. Tapi chaca yakin chaca akan bilang itu saat ini juga.”
Dengan wajah penasaran kevin melihat chaca dengan seriusnya, menunggu kata yang ingin diucapkannya.
“chaca sayang kakak, chaca cinta kakak sejak awal kakak bela chaca hari itu”
Chaca mengucapkannya dengan gemetar dan wajah yang merah, benar saja wajah tomatnya sekarang muncul. Kalimat itu juga membuat mata kevin terbelalak dan mulutnya terbuka. Ia membungkam untuk sesaat, mendengar pengakuan chaca.
“itu yang mau chaca bilang kak, chaca enggak peduli apapun yang ada di pikiran kakak tentang chaca sekarang yang penting chaca merasa lega dan senang mengatakannya langsung. Oh iya apa yang mau kakak bilang?” Kevin masih saja terdiam.
“kak, kak?”
“hah iya,,i,,ya. Kenapa?”
“kok kenapa kak? Apa yang mau kakak bilang sama chaca?”
“apa lagi? Semuanya udah kamu bilang.”
Kevin tanpa sadar mengucapkan itu, dan membuat chaca heran dan diikuti wajahnya yang memerah lagi. Tanpa pengakuan apa-apa lagi dari mulut kevin, mereka sudah mengerti satu-sama lain.
Kevin pun menyatakan perasaannyaa, dan mengajak chaca untuk berkencan dengannya, tentu saja chaca tidak menolak kevin adalah namja(laki-laki) favoritnya, yang ia idamkan selama ini.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar