“Untuk semua
siswa/i baru yang akan mengikuti Ospek hari pertama segera berkumpul dihalaman
sekolah untuk memulai Ospek” ucap salah seorang siswa disekolah tersebut.
Yap dari kata-kata tadi dapat kita pahami bahwa seorang
yang berbicara tadi adalah seorang senior sekolah tersebut yang mana untuk
tahun ini adalah tahun ajaran baru untuk para siswa/i yang akan masuk ke
sekolah menengah.
Pagi ini dibuka oleh sekolah Perguruan Sultan Agung di P.
Siantar yang akan melakukan Ospek bagi anak anak baru yang akan bersekolah
disekolah itu. Sultan Agung termasuk sekolah yang namanya tidak diragukan lagi
dan tidak asing lagi ditelinga orang. Untuk tahun ini sekolah itu menerima
kurang lebih 500 siswa/i.
“oke untuk
semua siswa/i baru tahun ini perkenalkan nama gue Kevin Andrea, gue anak kelas
XI IPA-1. Jabatan gue disini sebagai ketua 1 Ospek tahun ini, dan gue
persilahkan untuk anggota-anggota lain untuk memperkenalkan diri”
“hai guys
nama gue Reza Christian, jabatan gue disini sebagai ketua
2, semoga kalian senang ya sekolah disini senang bertemu
kalian semua. Ingat kalian sekarang sudah menjadi siswa/i bukan murid-murid
lagi”
“hmm nama
gue Rafael Handy, jabatan gue disini sebagai wakil ketua untuk Ospek kalian.
Mohon partisipasinya ya”
“hello,,
nama gue Clara Tifanny Henyta, jabatan gue disini sebagai sekretaris Ospek
kalian. Gue harap loe semua sungguh-sungguh buat Ospek”
Begitulah selanjutnya perkenalan mereka kepada semua
siswa/i yang akan mengikuti Ospek. Setelah perkenalan selesai acara selanjutnya
adalah untuk memperkenalkan halaman sekolah pada mereka semua, apa-apa saja
fasilitas sekolah dll. Setelah selesai perkenalan sekolah mereka kembali lagi
untuk dibariskan karena masa ospek mereka pada hari pertaman telah selesai.
“oke untuk
semuanya yang akan mengikuti ospek diharapkan untuk hadir di lapangan. Segera!”
ucap ketua 1
Dengan sigapnya semua siswa/i segera berbaris dilapangan
sambil berlari-lari. Mereka mungkin takut dapat hukuman dari seniornya, apalagi
mereka masih baru disekolah itu.
“oke
adik-adik, thanks atas partisipasi kalian hari ini, untuk besok kita akan ospek
lagi jadi diharapkan untuk semuanya agar datang dengan waktu yang sudah ditetapkan
dan apa saja yang sudah diumunkan tadi harap untuk dibawa. Kiranya sekian dari
kakak, apakah ada yang ingin menambahkan mungkin dari ketua 2 ataw wakil?”
“enggak
usah vin, loe lanjutin aja. Loe pulangin aja mereka” bisik Rafael
“oke
sebelum kita pulang ada baiknya kita berdoa dulu menurut agama dan kepercayaan
kita masing-masing doa dimulai. Amin. Oke adik-adik selamat sore”
“sore
kak(sahutan seluruh siswa/i)”
**skip**
Hari kedua
(SEKOLAH)
Waktu 07:00
Hari kedua
ospek pun tiba dimana semua siswa/i telah hadir disekolah sepertinya mereka
sangat antusias dengan ospek kali ini. Mereka sangat disiplin tapi tidak untuk
cewek yang satu ini...
“aduh pak,
cepetan dong pak saya udah terlambat ini. ntar kakak ospeknya marah” ucapku pada supirku.
Yap memang bisa ditebak kebiasaan ku bangun lama sekarang
terulang lagi, pagi ini aku terlambat bangun sudah dapat kutebak kalau aku
pasti akan terlambat untuk mengikuti ospek. Pasti aku kenak hukum.
SEKOLAH
“pagi
adik-adik”
“pagi kak”
“gimana
kabar kalian masih baikkan? Ospek hari ini adalah temanya mental dan moral.
Jadi diharapkan kalian semua sudah menyiapkan diri sebelumnya. Dan.........”
“hhh,,
permisi kak, permisi saya terlambat” ucapku dengan nafas yang terengah-engah.
Oh ya nama gue Jeanifer Shania, Gue sering dipanggil Chaca. Gue adalah anak baru
disekolah Sultan Agung. Gue adalah anak yang pemberani dan gue gak takut sama
yang namanya tantangan. Tapi kalau sama yang namanya Cecak dan Katak gue takut.
Takut banget malahan. Hahhaha :D
“siapa kamu?” tanya kak Kevin ketua 1.
“maaf kak
saya terlambat, maaf banget kak saya janji gak akan ngulangin hal bodoh ini
lagi, maaf sekali lagi kak. “ucap Chaca gemetar dan nafas yang terengah-engah.
“heh loe!
Loe masih ospek gini aja udah gak disiplin, gimana lagi kalau loe udah jadi
siswa sini jangan-jangan loe sering bolos lagi” ucap Fany sekretaris ospek
mereka.
“maaf kak,
saya janji gak akan terlambat lagi. Bener kak, bener”
“udah
mending loe sekarang ikut gue, gue mau kasih hukuman sama loe”
“hah? Hmm
iya kak”
Dihari pertama sekolah udah kenak hukuman, bodoh Chaca bodoh. Ucap Chaca dalam hatinya. Tapi saat mereka hendak pergi Kevin
memanggil Chaca untuk tetap berada di
dalam barisan dan mengikuti Ospek hari itu.
“Hei
kamu,,”
“(menoleh
kebelakang). Saya kak?”
“iya kamu.
Kamu balik sini kedalam barisan untuk megikuti Ospek hari ini. Fany gak usah
melebih-lebihkan sesuatu yang gak penting, lagian dia kan baru pertama kali
telatnya, dan dia juga kan udah minta maaf sekaligus berjanji untuk enggak
telat lagi kita terima aja dulu, nanti kalau dia terlambat lagi baru bisa kita
hukum dia”
“tapi
vin,,,,”
“udah!
Kamu baris yang rapi kita akan mulai Ospek”
Ospek hari itupun dimulai tanpa ada masalah yang
menganggu, semuanya patuh kepada senior-seniornya.
Ospek hari itu pun selesai, selagi menunggu untuk pulang
kerumah semua murid diperbolehkan untuk kekantin membeli makanan dan mengisi
perut meraka, tampaknya semua siswa/i sudah memiliki teman dihari kedua ospek mereka,
begitu juga dengan Chaca dia sudah
memiliki banyak teman dihari kedua itu. Saat Chaca dan teman temannya sedang menikmati makanan dan minuman
mereka, mata Chaca tertuju pada suatu meja
dikantin, di meja itu duduk seorang laki-laki. Yap dia adalah Senior mereka
Kevin.
“eh cha
loe kok bisa telat sih tadi. Ada ada aja deh loe apa gak takut loe tadi kenak
hukum sama senior?” tanya Mimi teman baru Chaca.
“terlambat
bangun tadi gue, masih terbiasa sama keadaan libur kemarin-kemarin. Ya takut
lah gue tadi kenak hukum, untung ada kakak itu yang belain gue ya gak jadi
kenak hukum deh gue. Hahah”
“ckckck Chaca
chaca.”
“eh guys
gue kesana dulu ya(sambil nunjuk)”
“mau apa
loe kesana cha?”
“udah
bentar aja kok, ok”
“Hai
kak,,”
“oh hai..”
“tentang
yang tadi makasih ya kak udah tolongin chaca”
“hh, iya
lagian dia itu udah terlalu melebih lebihkan suasana. Oh iya lain kali jangan
terlambat lagi. Ok”
“hehe iya
kak iya. Hmm nama kakak siapa?”
“loh (?)
kok nanya lagi kan kemarin hari pertama ospek udah perkenalan”
“iya tapi
kurang jelas.”
“nama
kakak....
Saat Kevin hendak memperkenalkan namanya tiba tiba datang
seorang teman kevin yang mengajaknya untuk pulang. Tapi saat dia berdiri disana
dia melihat ada Chaca disana. Yap
memang sejak awal Chaca ada
disekolah itu Reza memang sudah melirik shania, bisa dibilang cinta pada
pandangan pertama gitu.
“eh vin,,
pulang yuk”
“pulang.
Ok tunggu biar gue bayar dulu”
“ok”
“hai,, loe
anak yang telat tadikan?” tanya reza.
“hh iya
kak,”
“lain kali jangan terlambat
lagi, emang gak malu apa dilihatin sama banyak anak gitu?”
“malu sih
kak, tapi ya mau digimanakan lagi. Heheh”
“ok.ok.
siapa nama kamu?”
“oh. Nama
saya Jeanifer Shania kak”
“hmm nama
yang bagus untuk orang yang cantik”
“hah kakak
bisa aja”
“gombal
aja loe za. Yuk pulang yuk. Oh iya siapa nama kamu,,,”
“Jeanifer
Shania kak, panggil Chaca aja.”
“ya cha,
kita pulang dulu ya. Have fun”
“ok kak.
Bye :D”
Beberapa
Bulan kemudian....
Chaca resmi
menjadi siswi di sekolah itu, dan tampaknya dia menikmati bersekolah disekolah
itu. Beberepa prestasi di raihnya, membuatnya semakin Berjaya dan menjadikannya
anak yang terkenal. Belum lagi ditambah dengan adanya kakak kelas yang di
sukainya sejak awal ospek, membuatnya semakin semangat untuk bersekolah. Hari
demi hari pun berlanjut, kesenangan dan keceriaan terus menerus menyelimuti
Chaca, tapi tidak untuk hari itu…
Keceriaan
dan kebahagiaan yang tiap harinya mendatanginya sekarang berubah jadi ketakutan
yang menyeramkan. Chaca tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dia bingung
kenapa belakangan ini dia diteror oleh seorang yang sama sekali iya tidak tahu
bahkan tidak kenal. Chaca bertanya dalam hatinya apa sebenarnya salahnya
sehingga ada yang tega hingga menerornya, bahkan meneror bukan hanya malam hari
saja, mulai pagi sampai malam iya bisa mendapat terror sampai 3 atau 4 kali.
Hingga
suatu hari saat pagi tiba chaca bangun dari tidurnya, wajahnya yang cantik
jelita tiba tiba berubah menjadi sangat ketakutan saat melihat ada boneka
berdarah disampingnya sedang menatap tersenyum sinis padanya, dan wajah yang
ketakutan itu dibarengi dengan jeritannya yang keras membangunkan seisi rumah.
Jelas suara itu langsung membangunkan seisi rumah, semua pembantu dan satpam
pun ikut melihat keatas untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
“aaaaaa,,,,,,”
teriak Chaca
“mama,
mama, papa….”
“sayang,
ya ampun kamu kenapa sayang kok jeritnya keras banget. Kenapa, kenapa sayang?”
tanya mama.
“mama
chaca takut ma, pa chaca takut”
“kamu
takut apa dear?” tanya papa
“chaca
gak salah pa, ma chaca gak salah. Chaca nggak pernah ngelakuin yang aneh-aneh
disekolah, chaca jujur pa, ma.”
“iya, iya
sayang mama tau, emangnya ada apa, ada yang jahatin kamu?”
“mama,
chaca takut, waktu chaca bangun tidur tadi chaca liat ada boneka diatas tempat
tidur chaca ma, chaca takut.”
“ya ampun
sayang masa sama boneka aja takut, kamu kan suka boneka?”
“tapi ma, pa,,,,” saat chaca hendak mengatakannya tiba-tiba bibi dan satpan
datang untuk mengetahui ada kejadian apa.
“non, non
ada apa? Ada apa non?” tanya bibi penasaran
“itu,,
itu ada boneka diatas tempat tidur chaca. Boneka berdarah yang natap sinis
kechaca, dan bertuliskan ‘chaca, kamu harus berhati-hati’”
Pengakuan
chaca sangat mengejutkan semua orang yang ada disana, termasuk kedua orang
tuanya. Mereka sangat heran kenapa ada terror mengerikan itu pada anaknya.
Kira-kira
perbuatan siapakan itu?
***
Terror
ynang selalu mendatangi chaca membuatnya frustasi, dan membuatnya menjadi tidak
ceria seperti dulu lagi. Setiap orang yang bertanya ia hanya menganggapnya sebagai
angin lalu. Terror sial itu membuat Chaca sudah seperti orang gila, dia masih
tidak tau siapa yang tega melakukan itu padanya.
Hingga
suatu saat pulang sekolah, teman-temannya mengajaknya untuk pulang bersama,
tapi dia menolaknya. Dia bilang dia akan pulang sendiri, teman-temannya pun
meng-iayakannya. Tapi saat itu Chaca bukanlah pulang kerumah, iya naik kembali
keatas saat sudah tidak ada lagi orang disekolah.
Ada yang
tidak beres dengan Chaca hari itu, pikirannya terlihat kosong dan mukanya
pucat, kakinya untuk berjalan pun seperti orang yang ingin jatuh. Chaca pun
tiba dilantai 3 disekolahnya.
Apa sebenarnya
yang ingin dilakukan Chaca dilantai setinggi itu?
Ya benar
saja pikiran Chaca yang kosong karena terror sial itu membuatnya ingin
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Tapi Chaca
tidak menyadari sesuatu, iya berpikir bahwa sudah tidak ada lagi orang
disekolah itu, tapi iya salah. Masih ada satu orang lagi yang belum pulang,
yaitu kak Kevin sang ketua OSIS. Memang tugasnya sebagai ketua OSIS sangat
berat mengharuskannya pulang terlambat karena pekerjaannya. Saat Kevin hendak
turun kebawah iya, tidak sengaja melihat kasamping kirinya dan melihat ada
sepasang sepatu tepat diujung gedung lantai 3. Kevin berjalan perlahan untuk
memastikan itu sepatu milik siapa.
Begitu
terkejutnya Kevin saat melihat ada cewek yang berdiri tepat diatas ujung
gedung, secara perlahan Kevin berjalan mendekati cewek itu, iya takut kalau iya
bersuara dia akan langsung melompat, kalau itu berjadi pastinya urusan akan
semakin panjang. Dengan cepat Kevin memegang tangannya dan menjatuhkan cewek
itu kepelukannya. Betapa terkejutnya Kevin melihat siapa cewek yang sekarang
berada dipelukannya itu.
“Chaca?”
“lepas!,
lepasin Chaca, lepasin! Chaca enggak mau hidup lagi, Chaca mau mati aja. Enggak
ada gunanya lagi Chaca hidup, Chaca capek diteror terus. Mungkin dengan mati
dia akan bahagia.” ucap Chaca sambil menangis.
Kevin
sangat terkejut melihat chaca saat itu, apa maksud dari perkataannya?
Kevin pun
membawa Chaca turun kelantai dasar untuk menyadarkannya. Tetapi ada yang aneh
dengan Kevin saat itu, tiba-tiba saja iya merasakan hal yang aneh, saat membuat
Chaca dipelukannya tubuhnya bergetar tak karuan, keringat yang bercucuran dan
wajah yang memerah. Jelas saja Kevin belum pernah sama sekali begitu dekat
dengan seorang cewek, Chaca lah yang pertama.
Kevin
membawa Chaca ketaman sekolah, dimana Chaca masih dalam keadaan tidak sadar. Didepan
sekolah melihat ada yang menjual minuman Kevin pergi dan membeli aqua untuk
dirinya dan Chaca.
Saat
Kevin datang Chaca sudah sadar, betapa leganya ia melihat Chaca sadar, ia juga
bingung kenapa ia begitu khawatir akan keadaan Chaca. Chaca pun membuka
pembicaraan.
“kenapa
kakak tolong Chaca?”
“ha/?”
“iya
kenapa kakak enggak biarin Chaca mati aja, kenapa? Kenapa malah ditolong, Chaca
nggak mau hidup lagi kak, Chaca capek, capek.”
“kata-kata
yang sama yang kudengar dua kali dari mulut Chaca.(ucapnya dalam hati).”
“kak
jawab!”
“ha,, iya
iya. Ya jelaslah kamu kakak tolong, masa iya kamu kakak biarin jatuh kebawah
didepan mata kakak sendiri. Lagian kamu itu kalau jatuh dari lantai tiga,
enggak langsung meninggal tau, malahan kamu malah tersakiti sendiri.”
“ha/?
Maksud kakak?”
“enggak,
enggak becanda kok, becanda. Kenapa emangnya kok kamu mau bunuh diri, ada masalah
apa? Masalah keluarga, teman, atau pacar mungkin?”
Kata
terakhir yang diucapkan Kevin membuat Chaca terdiam dan menatapnya.
“oh dan
itu kamu sudah dua kali mengucapkan kata-kata yang sama, kamu bilang kamu
capek, kamu nggak mau hidup lagi, dan kamu diteror?” kata terror diucapkannya
dengan terbatah dan penasaran.
“Chaca
capek kak, Chaca enggak tau apa yang sebenarnya terjadi, Chaca nggak ngerti apa
salah Chaca, padahal Chaca nggak pernah buat onar, dan disekolah ini Chaca
nggak pernah bantah siapa-siapa.”
“lalu…”
tanya Kevin dengan wajah penuh rasa penasaran.
“iya, Chaca diteror setiap hari, dari pagi hingga malam hari sepertinya terror
itu sudah direncanakan dari jauh-jauh hari, karena dalam sehari Chaca bisa
mendapat terror hingga 3-4 kali kak.”
“ha? 3-4
kali? Ya ampun siapa yang tega?”
“Chaca
juga nggak tau kak.”
Chaca
meluapkan semua uneg-unegnya siang itu, tanpa iya sadari iya telah membongkar
privasi dirinya sendiri. Tapi Kevin mengerti akan itu, memang tidak enak
rasanya bila diteror.
Tapi
Kevin terhenti sejenak, iya seperti sedang mengingat sesuatu, sesuatu yang
tidak asing ditelinganya.
Yap dia mengingat
pagi tadi dikelasnya, Fanny dan teman-temannya membicarakan tentang sesuatu
yang penting ‘sepertinya’. Sekilas tidak sengaja didengarnya nama Jeanifer
Shania yang tidak lain adalah Chaca yang ada dihapannya sekarang, kata terror
juga turut mereka ucapkan, terutama Fanny sebagai ketua geng sangat senang
membicarakannya.
Kevin
curiga apakah kejadian yang menimpa Chaca ini ada hubungannya dengan Fanny dan
teman-temannya? Kalau iya, apa yang sudah dilakukan Chaca terhadap mereka?
Setelah
menceritakan semuanya, Chaca diantar pulang Kevin kerumahnya. Perasaan bahagia pun
mengikuti Chaca sore itu, rasa cemas dan takutnya sudah mulai hilang karena ada
Kevin disampingnya, dan yang lebih membuatnya bahagia adalah Kevin berjanji
akan membantu Chaca menyelesaikan masalahnya.
Chaca
berpikir itu akan membuatnya lebih dekat lagi dengan Kevin, dan pastinya dia
memiliki contact hp dan bbm Kevin mulai saat itu, jelas saja contact itu untuk
komunikasi Kevin dan Chaca. Chaca sampai dirumahnya dengan selamat tanpa kurang
satu apapun, Chaca mengucapkan salam perpisahan sore itu, dan tentunya untuk bertemu
esok harinya lagi. Wajah Chaca yg memerah membuat satpam rumahnya heran penuh
tanda tanya, belum lagi melihat ada laki-laki yang mengantarkannya pulang.
Padahal selama ini Chaca belum pernah sama sekali diantar oleh seorang
laki-laki, dan wajah Chaca yang biasanya mendung akhir-akhir ini menjadi
bersinar kembali.
“selamat
sore bapak satpam yang ganteng..” sapa Chaca ramah.
“ha/? Iya
non, iya, selamat sore juga” jawab satpamnya bingung.
“Chaca
masuk dulu ya pak, kerja yang baik biar gajinya nambah, hahaha”
“oke non”
***
“ya ampun
sayang kamu dari mana aja sih kok jam segini baru pulang, kamu buat mama
khawatir tau, hp kamu ditelepon juga nggak aktif. Apa kamu diteror lagi ya
sayang, atau mereka sudah hakimi kamu tadi. Ha? Ha? Iya sayang?” tanya mama
khawatir
“ya ampun
ma, Chaca baik-baik aja kok, apa mama nggak bisa lihat aku nggak apa-apa?”
“hhh,
syukurlah kalau kamu enggak apa-apa sayang. Tapi ada apa dengan wajah itu,
wajah tomat yang mama lihat sore ini. Ada apa cha?”
“tomat? Ih
mama jahat, masa wajah chaca yang imut-imut ini dibilang kayak tomat?”
“hahah
enggak kok sayang. Lega banget rasanya dengar kalau kamu enggak apa-apa. Ya
udah kamu mandi sana keburu malam.”
“iya mama
cantikkkk”
Malam pun
tiba, seperti biasa chaca mendapat terror lagi, tapi untuk kali ini dia tidak
takut lagi, karena Kevin bilang padanya tidak ada yag perlu ia takutkan selain
Yang Maha Kuasa.
Terror
kali ini iya menemukan kucing mati dikamar mandinya, tanpa gentar chaca
membuang kucing itu begitu saja, tidak peduli apapun artinya itu.
***
Setelah
melewati malam yang panjang chaca kembali bersekolah lagi, kali ini ia
bersekolah dengan ceria dan dengan senyumannya, seakan-akan kemarin tidak
terjadi sesuatu yang buruk menimpanya. Ia mengingat kembali kata-kata Kevin
bahwa ia tidak perlu takut, ia harus selalu membuat wajah yang ceria seperti
biasanya lagi, seakan akan iya tidak diteror.
Dari
kejauhan fanny melihat chaca dengan wajah sinis dan tidak senang, ia bingung
kenapa chaca masih bisa tersenyum bahagia lagi. Fanny ingin turun kebawah
memastikan sesuatu, tapi langkahnya terhenti saat melihat tangannya di pegang
seseorang. Fanny terkejut melihat siapa yang memegang tangannya, Kevin, ya itu
Kevin.
“mau
kemana fan?”
“hah?
Enggak vin, nggak kemana mana kok” jawab fanny dengan senyuman.
Dari awal
chaca masuk kesekolah itu memang ada yang aneh dengan tingkah fanny,
seakan-akan chaca dijadikannya saingan. Kevin mengajak fanny ke kantin untuk
menanyainya lebih lanjut lagi tentang masalah yang dialami chaca. Kebingungan
sempat terlintas dipikiran Kevin mengapa iya begitu ingin membantu chaca
menghadapi masalahnya.
“mau
pesan apa fan?” tanya Kevin ramah
“mie
goreng aja vin, minumnya nutrisari dingin.”
“oke.”
Kevin pun
memesan makanan minuman mereka, Kevin belum mau membuka pertanyaannya, saat
makanan mereka datang nanti baru ia akan menanyai hal ini lebih lanjut lagi.
Setelah 5 menit menunggu makanan pun terhidang diatas meja, siap untuk
disantap.
Kevin
membuka pembicaraan.
“fan, loe
tau kan masalah si chaca anak kelas X itu?”
Pertanyaan pembuka Kevin itu membuat fanny tersedak.
“chaca?
Emang dia kenapa vin?” tanya fanny seakan-akan tidak tahu-menahu.
“ah masa
kamu enggak tau, padahal seisi sekolah udah tau loh masalahnya, kamu sebagai
sekretatis OSIS dan kakak famous disekolah masa enggak tau trending topic
hangat?” Sebenarnya masalah chaca itu tidaklah semua murid mengetahuinya, iya
melebih-lebihkannya agar fanny mau
mengatakan sesuatu.
“vin ada
yang mau aku katakan sama kamu.”
“ya apa
fan?”
“gue suka
sama loe sejak awal pertemuan kita,” ucap fanny menghentikan Kevin makan.
Fanny sudah menyukai Kevin sejak awal mereka
masuk sekolah dan ditambah mereka menjadi ketua dan sekretaris OSIS tahun ini,
membuat fanny merasa dia akan menjadi lebih dekat dengan Kevin. Tapi kejadian
waktu itu benar-benar membuat fanny marah dan kecewa. Kenapa Kevin harus
membela chaca saat ia hendak menghukumnya, fanny berpikir Kevin menyukai chaca
sejak pandangan pertama, hal itu yang membuat fanny melakukan hal memalukan itu
dengan meneror chaca. Ia hanya ingin
Kevin!
Fanny pun
mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada kevin yang membuatnya semakin
manjauhkan makanannya dari hadapannya. Pengakuan yang tidak seharusnya ia
dengarkan siang itu, semuanya telah terbongkar dan terdengar langsung dari
mulut fanny. Pengakuan fanny membuat kevin segera meninggalkannya dikantin
tanpa kata, ia langsung pergi dan berlari tak tentu arah, ia bingung mau
mencari chaca kemana, tak sempat ditanyanya semalam chaca dikelas mana. Ia
bertemu dengan Mimi salah seorang teman chaca dan bertanya dimana chaca
sekarang. Mimi mengatakan chaca ada ditaman sekolah sekarang.
Setiap
istirahat memang chaca selalu ketaman, karena taman itu membuatnya nyaman dan
menjadikan taman tempat favoritnya. Kevin berlari cepat menuju taman untuk
menemui chaca. Sampainya di taman dengan nafas terengah-engah iya langsung
duduk disamping chaca, jelas membuat chaca kaget.
***
Jauh hari
setelah terror itu hilang dan membuatnya tenang kembali. Dan juga ia sudah
mendengar banyak perkataan dari mulut kevin. Tapi ada satu hal yang tidak chaca
tau, orang yang membuat terror itu hilangi ialah kevin, kevin lah yang telah
membantunya selama ini. Memang kevin sengaja tidak untuk mengatakan kepada
chaca, karena ia kevin ingin chaca tidak memikirkan masalah ini lagi.
Kevin
dengan baiknya menasehati fanny untuk tidak mengulangi hal bodohnya itu,
meneror orang adalah hal yang tidak disukai Tuhan. Dan tentang cintanya pada
kevin, kevin mengerti itu semua, tapi dengan mengatakan secara halus kevin
tidak bisa menerimanya, karena dia tidak mau memaksakan diri untuk fanny. Ia
tau bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai. Kevin hanya menganggap fanny
teman, dan partner kerja di OSIS. Ia juga mohon pada fanny agar tidak menggangu
chaca lagi, karena ia ingin melihat chaca ceria kembali. Fanny mengerti maksud
dari perkataan kevin, bukan itu sebenarnya yang ingin dikatakannya melainkan
‘karena chaca adalah wanita yang aku sayang’. Fanny menanggapi kevin denga
dewasa, ia akan meminta maaf pada chaca hari itu juga setelah pulang sekolah.
Kevin
ikut serta menemani fanny untuk bertemu chaca, ia ingin memastikan tidak
terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.
Bel
sekolah pun berbunyi, menandakan jam pelajaran sekolah hari itu selesai, semua
siswa/siswi keluar dari kelas dan pulang, mungkin bukan kerumah ‘langsung’??
Terlihat
di gerbang pintu sekolah chaca dan teman-temannya berdiri menunggu jemputan
mereka, seseorang datang dan menghampiri chaca.
“cha ikut
gue yok, ada yang mau ketemu sama loe,” ajak sarah teman fanny.
“iya kak.
Iya,”
Mereka
diajak keruang rapat, untuk bertemu kevin dan fanny. Hari itu memang OSIS
melakukan rapat penting untuk persiapan pentas seni kelulusan mereka. Chaca
bingung sebenarnya ada apa, hingga ia di bawa ketempat itu. Chaca juga tidak
mau ambil risiko, ia turut membawa kedua temannya.
Ia
melihat ada fanny dan teman-temannya, dan juga……Kevin!
“hai cha”
sapa kevin ramah.
“hai kak,
ada apa ya kak, kok chaca diajak kemari?” chaca sambil mengampiri kevin dan
takut melihat fanny. Jelas saja kejadian terror itu membuatnya trauma.
“ada yang
mau dibilang fanny sama kamu, kamu nggak usah takut cha”
“hei,,
chaca” sapa fanny sambil menjulurkan tangannya. Chaca masih juga takut dengan
fanny, apalagi sekarang fanny menjulurkan tangannya kehadapannya, pikiran chaca
yang polos membuatnya berpikir tangannya fanny ada jampi-jampinya jadi ia tidak
menyambut balasan tangan fanny iya hanya membalas sapaan fanny dengan kata yang
sama dan senyuman.
“hh, maaf
ya cha kejadian itu buat kamu jadi trauma gini, kakak enggak tau kalau akan
jadi separah ini, enggak masalah kok kamu enggak balas salam kak. Tapi dari
hati yang paling dalam dan rasa menyesal kakak minta maaf sama kamu hari ini
saat ini juga. Kakak juga enggak malu untuk berlutut dihadapan kamu,”
Chaca
tidak tega melihat fanny berkata seperti itu, baginya fanny menyesali
perbuatannya dan meminta maaf secara baik, itu sudah cukup untuknya. Ia sudah
memaafkan fanny sejak kevin menceritakan semuanya.
Tidak ada terror tidak ada benci,
tidak ada saling saing. Semuanya berjalan natural kembali, chaca pun hidup
tenang seperti biasanya. Tapi ada satu yang belum ia selesaikan, yaitu
perasaanya dengan kevin. Ia tambah menyukai kevin dengan melihat perlakuan dan
pertolongan yang tulus dari kevin untuknya. Dengan tidak ada rasa gentar chaca
mengajak kevin sepulang sekolah untuk bertemu ditempat, dimana dulu ia ingin
mengakhiri hidupnya.
Tentu
kevin meng-iyakan permintaan chaca, kebetulan tidak ada rapat hari itu. Dan
kebetulan ada yang ingin kevin katakan pada chaca.
***
Mereka
duduk diatas gedung berdua, menatap kelangit yang cerah hari itu, sepertinya
tersenyum melihat mereka berdua yang bahagia hari itu. Chaca dan kevin resmi
menjadi pasangan hari itu.
**Sebelumnya**
“hai cha”
sapaan kevin seperti biasanya.
“oh. Hai
kak vin”
“hmm,
kamu mau bilang apa? Kebetulan kakak ada juga yang ingin kakak bicarakan sam……”
chaca menutup mulut kevin dengan ibu jarinya.
“chaca
enggak mau, chaca yang ajak kakak kemari jadi chaca akan bilang duluan.”
“hah/?
Oke oke”
“ini
mungkin kedengaran bodoh dan gila, atau juga terlalu dini dan kekanak-kanakan.
Tapi chaca yakin chaca akan bilang itu saat ini juga.”
Dengan
wajah penasaran kevin melihat chaca dengan seriusnya, menunggu kata yang ingin
diucapkannya.
“chaca
sayang kakak, chaca cinta kakak sejak awal kakak bela chaca hari itu”
Chaca
mengucapkannya dengan gemetar dan wajah yang merah, benar saja wajah tomatnya
sekarang muncul. Kalimat itu juga membuat mata kevin terbelalak dan mulutnya
terbuka. Ia membungkam untuk sesaat, mendengar pengakuan chaca.
“itu yang
mau chaca bilang kak, chaca enggak peduli apapun yang ada di pikiran kakak
tentang chaca sekarang yang penting chaca merasa lega dan senang mengatakannya
langsung. Oh iya apa yang mau kakak bilang?” Kevin masih saja terdiam.
“kak,
kak?”
“hah
iya,,i,,ya. Kenapa?”
“kok
kenapa kak? Apa yang mau kakak bilang sama chaca?”
“apa
lagi? Semuanya udah kamu bilang.”
Kevin
tanpa sadar mengucapkan itu, dan membuat chaca heran dan diikuti wajahnya yang
memerah lagi. Tanpa pengakuan apa-apa lagi dari mulut kevin, mereka sudah
mengerti satu-sama lain.
Kevin pun
menyatakan perasaannyaa, dan mengajak chaca untuk berkencan dengannya, tentu
saja chaca tidak menolak kevin adalah namja(laki-laki) favoritnya, yang ia
idamkan selama ini.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar